Kamis, 21 November 2013



GURUKU TERSAYANG
Pagiku Cerahku
Matahari bersinar
kugendong tas merahku
di pundak

Selamat pagi semua
kunantikan dirimu
di depan kelasmu
menantikan kami

REFF:

Guruku Tersayang
Guru tercinta
Tanpamu apa jadinya aku
Tak bisa baca tulis
Mengerti banyak hal
Guruku terimakasihku

Nyatanya diriku
Kadang buatmu marah
Namun segala ma'af
Kau berikan.

Selasa, 12 November 2013

study masyarakat indonesia



Study masyarakat indonesia

1.      Manusia menjadi mahluk sosial dan mahluk individu. Secara das sein dan das sollen.
Das sein adalah adalah segala sesuatu yang merupakan implementasi dari segala hal yang kejadiannya diatur oleh das sollen. Dapat dipahami bahwa das sein merupakan peristiwa konkrit yang terjadi.
Das Sollen adalah segala sesuatu yang mengharuskan kita untuk berpikir dan bersikap. Contoh : dunia norma, dunia kaidah dsb. Dapat diartikan bahwa das sollen merupakan kaidah dan norma serta kenyataan normatif seperti apa yang seharusnya dilakukan.
Ø  Sesuai pengertian diatas  manusia dikatan sebagai mahluk individu adalah ketika manusia itu sendiri berada dalam posoisi menjalankan norma yang ada dalam masyarakat dimana dia tinggal. Contoh ketika seorang individu berada dalam suatu masyarakat yang memiliki norma atau aturan seperti larangan untuk keluar rumah setelah matahari terbenam pada masyarakat adat desa tenganan Bali. Dari individu itu harus memiliki kesadaran diri dan mampu mengendalikan diri sendiri untuk dapat mentati norma atau sisitem nilai yang ada dalam masyarakat itu sendiri kerena sejatinya manusia dikatakan sebagai mahluk individu adalah Manusia memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dari hal itulah manusia dikatakan sebagai mahluk individu jika mampu mengendalikan dirinya jiwa dan raga dalam mentatati nilai dan norma yang ada dalam masyarakat.
Ø  Manusia sebagai mahluk sosial.
Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif.  Manusia akan senantiasa dan selalu berhubungan dengan orang lain. Manusia tidak mungkin hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Fakta ini memberikan kesadaran akan “ketidak berdayaan” manusia dalam memenuhi kebutuhannya sendiri.dan jika kita hubungkan dengan das sein dan das sollen bahawa sejatinya masyarakat menginginkan kehidupan yang harmonis diantara sesama anggota masyarakat.
Keadaan seperti itu kelihatannya sangat diinginkan dalam kehidupan bermasyarakat. Keadaan yang menjadi keinginan dan menjadi harapan itulah yang disebut dengan  das  sollen,  yaitu apa yang seharusnya terjadi. Namun pada kenyataannya tidak semua gejala berlangsung secara normal sebagaimana yang dikehendaki oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
Gejala yang berlangsung secara nyata inilah yang dinamakan dengan das sein. Antara das sollen dengan das sein tidak selalu terjadi kesesuaian. Kesenjangan diantara keduanya itulah yang dinamakan dengan masalah, atau apa yang seharusnya tidak sama dengan apa yang senyatanya. Apabila kesenjangan itu berlarut-larut, maka hal itu bisa dikategorikan dalam masalah sosial.
Ø  Dalam sistem tindakan, Parsons melandaskan pada teori aksi ( the structure of social action) yang menujun titik sentral konsep perilaku voluntaristik. Dalam konsep ini dijelaskan bahwa Individu memiliki kemampuan untuk menentukan cara & alat dari berbagai alternative yang ada untuk mencapai suatu tujuan. Sistem sosial terdiri dari beragam aktor individual yang saling berinteraksi dalam situasi yang setidaknya memiliki aspek fisik/lingkungan, aktor yang termotivasi kearah “optimisasi kepuasan”, dan hubungan dengan situasi mereka, termasuk hubungan satu sama lain, didefinisikan dan diperantarai dalam bentuk simbol yang terstruktur secara kultural dan dimiliki bersama.
Sistem sosial dibentuk oleh norma, kepercayaan, nilai-nilai yang diorganisasikan dan dapat diukur sebagai keleompok yang terpola dari peran-peran sosial yang berjalan baik.
2.      Bangunan sosial masyarakat indonesia dalam pendidikan di Indonesia, cita-cita sebagai mayarakat majemuk dan akibat stereotip dan diskriminasi.
Dalam Sistem Pendidikan di Indonesia ada yang namanya Pendidikan karakter, yakni  karakter merupakan kunci keberhasilan individu. Pendidikan karakter ini sangat penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter akan menjadi dasar atau basic dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tak hanya mengabaikan nilai-nilai sosial seperti kebersamaan, toleransi, gotong royong, saling membantu, saling menghormati, saling membantu, saling menghormati dsb. Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tak hanya mempunyai kemampuan kognitif saja namun juga mempunyai karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan. Disini saya tidak akan membahas tentang pendidikan karakternya serperti apa melainkan yang lebih mendalam yang saya bahas adalah  tentang sistem pendidikan indonesia saat ini yang berdampak pada sikap primodial pada masyarakat.
Jika kita melihat keadaan bangsa saat  ini  sungguh sangat memprihatinkan, konflik hampir terjadi dimana-mana  dan  itu juga menjadi salah satu tantangan bagi bangsa indonesia yang memiliki wilayah yang luas dan bermacam-macam kebudayaan yang juga sangat rawan sekali terjadinya konflik, jika kita menghubungkan sitem pendidiakan di indonesia dengan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada masyarakat dewasa ini, permasalahan muncul dikarenakan terdapat suatu kesalahan pada sisitem pendidikan di indonesia, permasalahan indonesia yaitu mulai lunturnya pendidikan karakter, dimana pendidikan karekter itu sendiri seperti yang sudah di jelaskan diatas adalah untuk menumbuhkan sikap seperti kebersamaan, toleransi, gotong royong, saling membantu, saling menghormati, saling membantu, saling menghormati tetapi sikap seperti itu  mulai banyak dilupakan oleh masyarakat dan pendidikan sebagai wadah  untuk mencerdaskan bangsa dan mencetak generasi yang kepribadian luhur tidak berjalan dengan semestinya. Pendidikan di indonesia cenderung teoritis, padahal seharusnya pendidikan tidak hanya mendidik peserta didiknya secara materi saja tetapi pendidikan secara moral dan karakter juga penting.
Permasalahan pendidikan, khususnya di Indonesia, adalah penciptaan peseta didik sebagai “manusia robot”. Saya katakan demikian karena pendidikan yang diberikan ternyata berat sebelah, dengan kata lain tidak seimbang. Pendidikan ternyata mengorbankan keutuhan, kurang seimbang antara belajar yang berpikir (kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (afektif). Jadi unsur integrasi cenderung semakin hilang, yang terjadi adalah disintegrasi. Padahal belajar tidak hanya berfikir. Sebab ketika orang sedang belajar, maka orang yang sedang belajar tersebut melakukan berbagai macam kegiatan, seperti mengamati, membandingkan, meragukan, menyukai, semangat dan sebagainya. Hal yang sering disinyalir ialah pendidikan seringkali dipraktekkan sebagai sederetan instruksi dari guru kepada murid. Dari hal sederhana itu lah masyarakat secara tidak langsung di didik untuk belajar disintregasi. Dari disintegrasi itu lah melahirkan masyarakat-masyarakat yang cenderung  diskriminatif dan stereotip. 

Ø  Menjadi masyarakat yang multikutur sampai sekarang memang masih menjadi cita- cita negeri ini, hal ini di sebabkan masyarakat inonesia masih  rawan sering terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh sifat masyarakat yang masih memiliki sifat etnosentrisme yang sangat tinggi. Padahal yang dinamakan masyarakat multikutural adalah masyarakat yang menerima terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.